>

Kamis, 26 Maret 2015

Jika Allah berkehendak Tak Satupun yang Mampu Menolak Kuasa-NYA

Assalamualaikum selamat malam sobat semua. 
Bagaimana kabarnya? semoga sehat semuanya amien.
Setelah sekian lama tidak berkutat dengan blog, kali ini saya akan sedikit mengisi tulisan singkat.


Sobat, 3 bulan sudah kepergian itu 3 bulan pula sulit terlupakan olehku. Seakan tidak ingin mempercayai kabar itu. Sebuah kabar yang membuat hati berdetak sangat kencang, seluruh tubuh ini terasa sangat lemas selemas-lemasnya, Sebutir nasi seakan tertahan paksa ditenggorokan tidak mengijinkan perut merasakan gurihnya nasi.

Belum hilang riuh terompet dibarengi letupan-letupan kembang api menghiasi langit kota Jogja pergantian tahun 2014 ke 2015. Seluruh penjuru dunia merayakan malam pergantian tahun dengan harapan baru, hari baru, keputusan baru, pencapaian baru. Akupun larut dalam suasana itu bersama ratusan bahkan ribuan orang merayakan pergantian tahun di XT Square Kota Jogja.

Rasa suka itu tak lama aku rasakan, satu minggu setelah puncak acara pergantian tahun, tepatnya 9 Januari 2015 pukul 18.30 WIB aku mendapatkan sebuah kabar bahwa bundaku tercinta berpulang untuk selama-lamanya menghadap sang pencipta. Sulit bagiku untuk mempercayai kabar itu, rasa sedih bercampur sesal menyelimuti hatiku seketika itu. Sedih karena diriku tidak bisa menatap saat terakhir bundaku dipanggil Allah Ta'ala, sesal teramat sangat karena kurang peka akan ucapan ayah 3 hari sebelumnya. 

6 Januari 2015 ayahku memberikan kabar bahwa bunda sakit, aku beranggapan bahwa sakit sang bunda hanya sakit ringan seperti pusing dan lain-lain. Ayah mengatakan sedang pusing bunda sakit, tanpa memberitahukan bahwa bunda sakit parah yang mengharuskan rawat inap di salah satu rumah sakit di kota Pangkalpinang. Aku sangat memahami kondisi ayah yang merahasiakan jika bunda dirawat, ayah tidak ingin aku terus-terusan berpikiran buruk yang mengganggu konsentrasiku diperantauan.

Awal mula kejadian itu adalah disaat bunda mencabut 2 gigi gerahamnya yang sakit, dengan penuh keyakinan bunda langsung mencabut 2 gigi yang sakit tersebut. Sehari setelah dicabut terlihat normal, namun hari berikutnya mula terjadi pembengkakan di pelipis bunda. Pembengkakan disertai rasa yang lebih menyakitkan dari sebelum dicabut. Hari berganti pembengkakan tersebut semakin terlihat nyata. Dengan kondisi sakit bunda mencoba untuk terlihat sehat meskipun dibalik semua itu menahan sakit yang tak bisa dikatakan dengan ucapan.

Dengan kondisi tersebut bunda masih sempat menghadiri acara tahlilan disalah satu rumah rekan kerja yang juga mengalami musibah. Rekan seprofesi bunda baru saja kehilangan menantu yang dicintai dalam sebuah lakalantas didesaku. Setiap malam bunda selalu datang meskipun dalam keadaan sakit. Sampai pada satu kondisi bunda hanya duduk terdiam tanpa kata menahan rasa sakit yang ada dipelipisnya.

Bunda di inapkan di salah satu klinik di kota kecamatanku selama 3 hari bersampingan dengan anaknya temanku yang kebetulan terserang muntaber. 3 hari di klinik merasa baikan maka pulanglah orangtuaku dari klinik tersebut. Tidak lama kepulangannya dari klinik bunda dibawa langsung ke rumah sakit di pangkalpinang, kondisinya semakin parah.

Tanggal 9 januari itu juga aku diajak temanku belanja oleh-oleh untuk dibawa ke kalimantan karena kontrak kerjanya telah habis. Ditengah perjalanan menemani teman cari oleh-oleh aku merasa ada yang ganjil dalam hatiku namun masih aku abaikan. Makanpun terasa serat susah untuk menelan. Aku dan temanku pun pulang ke kost, masih sempat mengantarkan dia ke bandara tanda perpisahan terakhir. Sepulang dari bandara aku ke Gunungkidul ada janji untuk berwisata sekaligus ada kegiatan rutin. Tidak seperti biasanya sinyal dihapeku diluar jangkauan, tidak satupun sinyal provider masuk ke hapeku. Dengan alasan pengiritan baterai maka aku matikan hape. Aku ke Gunungkidul ditemani oleh perempuan yang spesial dikehidupanku.

Sore pun datang kamipun pulang, diperjalanan pulang dari Gunungkidul aku coba aktifkan hape tidak juga ada sinyal. Dengan positif aku menanggapi bahwa mungkin hapeku sedang error. Sepanjang jalan aku semakin merasakan keanehan-keanehan dalam hatiku, berdebar, gemetar, hilang konsentrasi dan lain sebagainya. 

Sebelum sampai di kost aku pun memutuskan untuk berhenti mengisi perut di jalan imogiri timur tidak jauh dari terminal Giwangan. Makanan sudah selesai dipesan, aku coba untuk buka hape kembali. Aku terhenyak melihat puluhan pesan masuk ke hapeku dengan nada gelisah, sedih, penuh tanya. Satu pesan yang sangat mengagetkan aku, yakni pesan dari ayah bahwa bunda masuk RS 3 hari bertepatan pada hari Rabu 6 Januari ayah nelpon. Seluruh pesan aku baca satu persatu, tak lama temanku yang tak lain orangtuanya adalah sahabat orangtuaku nelpon menanyakan aku dimana sekaligus memberikan kabar itu. Selang 1 menit keluarga di Sleman pun ikut serta menanyakan dimana keberadaanku sekaligus menyuruh aku untuk datang kerumah paman. 

Semenjak mendengar kabar tersebut nafsuku hilang semua, air putihpun terasa susah untuk ditelan. Aku langsung menuju ke kost temenku yang nelpon barusan, setibanya disana mereka langsung meminta identitasku untuk diurus tiket kepulanganku. sementara mereka mengurus tiket aku langsung menuju kerumah paman dan lagi-lagi aku mendengar kabar duka dari bibir pamanku. Aku mencoba untuk tabah setabah-tabahnya. 

Dua pamanku dan bibiku juga ingin ikut aku pulang kerumah, alhamdulilah tiket bisa didapatkan mesikupun beda maskapai dan beda lokasi keberangkatan. Aku melalui Jogja sedangkan pamanku melalui Solo. Semalaman aku tidak dapat tidur, mata menerawang jauh mencoba untuk menerima kenyataan. Rasa letih tidak aku hiraukan, aku hanya terus melamunkan keadaanku dan adik-adikku yang ditinggal pergi bunda tercinta. Pagi menjelang keberangkatanpun tiba. pesawat terus menembus angkasa dan mendarat mulus di Kota Pangkalpinang, yang sebelumnya berpisah dengan pamanku kini dipertemukan di bandara tujuan dengan seorang bapak-bapak yang sudah aku anggap orangtuaku sendiri, bapak itu tak lain adalah tetanggaku sendiri.

Perjalanan menuju rumah aku masih mencoba tegar, tabah. aku pun mensugestikan diri bahwa aku kuat aku mampu. telepon demi telepon terus berdering menanyakan telah sampai mana karena posisi waktu telah siang tidak lama lagi akan dimandikan. Mobil berhenti didepan rumah, tenda berdiri kokoh lengkap dengan atribut kematian, para pelayat pun menyalamiku memberiku kekuatan. Aku berlalu menuju ruang tengah, aku duduk bersimpuh dikelilingi orang-orang yang ada disekiar. saat salah satu orang berkata silahkan cium, pandangi bunda untuk terakhir kalinya saat itulah yang sebelumnya aku bersugesti tegar, kuat, tabah menjadi sangat rapuh. air mata mengalir deras dari kedua mataku.

Dengan tangisan aku berusaha untuk rangkul adik-adikku, Aku berusaha untuk menghentikan tangis namun aku tidak bisa menghentikan. aku tidak sanggup melihat wajah terakhir bunda, saat aku memaksakan untuk melihat air mata semakin deras. Rangkulan demi rangkulan dari ibu-ibu pelayat untuk menenangkanku silih berganti sampai seisi rumah ikut bersedih berurai air mata. Ditengah tangis aku berujar, aku ikhlas dengan kepergian bunda, aku minta maaf tidak mampu untuk menatap bunda terlalu lama, jika ingin memandikan silahkan dimandikan. 

Bundapun dimandikan, aku disuruh untuk memandikan tetap tidak mampu. air mata kesedihan memaksaku untuk menahan diri. Aku hanya meminta sisa air mandi bunda untuk mencuci muka, mengusap tangan layaknya orang berwudhu sebagai baktiku pada bunda. Mentari yang mulai menyingsing berbarengan dengan hilangnya jasad bunda di dunia nyata. Kini bunda terbaring damai di alam sana, Semoga bunda tenang di alam sana, semoga bunda berada di Syurga Firdaus. 

Bundaku tercinta, meskipun kini engkau tidak lagi menapaki kaki menghembuskan nafas dimuka bumi namun engkau selalu ada dihati kami. Maafku bunda padamu, aku minta maaf telah banyak berbuat dosa, aku telah banyak durhaka padamu. Aku janji untuk menjadi kakak dan anak yang berbakti padamu.

Ayahku tercinta, semoga engkau diberikan kekuatan, rejeki, kesehatan, umur yang panjang. Kami cinta ayah. Tetaplah menjadi ayah juara dan pengganti ibu yang juara. Aku janji untuk segera selesaikan kewajibanku dan menggantikan ayah mencari rejeki. 

Adek-adekku, tetap semangat, gapai cita-cita kalian. Ingat pesan bunda, jadilah anak yang berbakti, sholeh, rajin, berguna bagi agama dan sesama.

SELAMAT JALAN BUNDAKU TERCINTA

Foto diambil saat perayaan 17 Agustus 2013 di SDN 12 Kelapa Bangka Barat

Foto diambil saat perayaan 17 Agustus 2013 di SDN 12 Kelapa Bangka Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentar Disini :