>

Kamis, 17 April 2014

Studi Islam 4

KONTRIBUSI ISLAM DALAM KEHIDUPAN  BERBANGSA DAN BERNEGARA

BAB I
PENDAHULUAN  
    A.    Latar Belakang
Agama Islam merupakan suatu kebutuhan disegala aspek kehidupan bagi manusia. Agama Islam berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yang kita yakini hidup akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak menyikapi sesuatu.
Contohnya saja di zaman Nabi Muhammad Agama Islam berperan penting dalam segala bidang termasuk pemerintahannya. Pada era ini banyak orang yang kaya ilmu pengetahuan tapi miskin agama. Padahal Agama, terutama Agama Islam dibutuhkan oleh setiap umat manusia karena antara ilmu pengetahuan dan ilmu Agama harus seimbang.
Begitu pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama Islam harus menjadi sumber hukum supaya tercipta kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman dan tenteram. Bila kita kembali membuka buku sejarah perjuangan bangsa indonesia maka akan kita temui bahwa agama merupakan faktor yang tak bisa terlepas dari kehidupan manusia, terutama dalam kehiduan berbangsa dan bernegara.
Makalah ini lebih dalam akan mengupas tentang bagaimana peran Agama Islam dalam kehiduan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dimulai dari pada zaman Pergerakan Nasional, masa awal kemerdekaan Indonesia (1945-1960), masa orde baru, dan masa reformasi.
   B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kontribusi Islam dalam kehidupan berbangsa
2.      Bagaimana peran Agama Islam pada masa Pergerakan Nasional
3.      Bagaimana peran Agama Islam pada thun 1945-1960an
4.      Bagaimana peran Agama Islam pada masa Orde Baru
5.      Bagaimana peran Agama Islam pada masa Reformasi
  C.     Tujuan
1.      Menjelaskan  kontribusi Islam dalam kehidupan berbangsa
2.      Menjelaskan  peran Agama Islam pada masa Pergerakan Nasional
3.      Menjelaskan  peran Agama Islam pada thun 1945-1960an
4.      Menjelaskan  peran Agama Islam pada masa Orde Baru
5.      Menjelaskan  peran Agama Islam pada masa Reformasi
BAB II
PEMBAHASAN
  A.    Kontribusi Agama Dalam Kehidupan Berbangsa
Agama itu sangat penting di segala aspek kehidupan umat manusia selain itu agama juga berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yg kita yakini hidup akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak menyikapi sesuatu. Contohnya saja diZaman Nabi Muhammad agama berperan penting dalam segala bidang termasuk pemerintahannya. Dizaman sekarang ini banyak orang pinter tapi agamanya kurang selain itu pinternya pada kebelinger, pintar bicara saja. tapi tidak ada buktinya. Makanya agama itu dibutuhkan oleh setiap umat manusia.
Islam adalah solusi. Solusi segala permasalahan di dunia ini dengan kesempurnaan ajarannya. Kesempurnaan ajaran Islam dapat ditelaah dari sumber aslinya, yaitu Alquran dan Sunnah yang mengatur pola kehidupan manusia, mulai dari hal terkecil hingga terbesar baik ekonomi, sosial, politik, hukum, ketatanegaraan, budaya, seni, akhlak/etika, keluarga, dan lain-lain. Bahkan, bagaimana cara membersihkan najis pun diatur oleh Islam.
Ajaran Islam merupakan rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semesta alam), artinya Islam selalu membawa kedamaian, keamanan, kesejukan, dan keadilan bagi seluruh makhluk hidup yang berada diatas dunia. Islam tidak memandang bentuk atau rupa seseorang dan membedakan derajat atau martabat manusia dalam level apapapun. Islam menghormati dan memberikan kebebasan kepada seseorang untuk menganut suatu keyakinan atau agama tanpa memaksakan ajaran Islam tersebut dijalankan.
Allah berfirman: "Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa: 59)
Allah menjelaskan bahwa ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum yang sebenarnya ialah komitmen untuk selalu mengembalikan segenap urusan yang diperselisihkan kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya). Para pemimpin sejati di antara orang-orang beriman tidak mungkin akan rela menyelesaikan berbagai urusan kepada selain Al-Qur’an dan Sunnah Ar-Rasul. Sebab mereka sangat faham dan meyakini firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Hujuraat: 1)
Sehingga kita jumpai dalam catatan sejarah bagaimana seorang Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu di masa paceklik mengeluarkan sebuah kebijakan ijtihadi berupa larangan bagi kaum wanita beriman untuk meminta mahar yang memberatkan kaum pria beriman yang mau menikah. Tiba-tiba seorang wanita beriman mengangkat suaranya mengkritik kebijakan Khalifah seraya mengutip firman Allah yang mengizinkan kaum mu’minat untuk menentukan mahar sesuka hati mereka. Maka Amirul Mu’minin langsung ber-istighfar dan berkata: "Wanita itu benar dan Umar salah. Maka dengan ini kebijakan tersebut saya cabut kembali...!"
Subhanallah, demikianlah komitmen para pendahulu kita dalam hal mentaati Allah dan Rasul-Nya dalam segenap perkara yang diperselisihkan.

   B.    Peran Agama pada masa Pergerakan Nasional
                  Indonesia sebagai negara kepulauan yang saat ini (2013) telah menempuh usia 68 tahun. Negara yang kaya sumber daya alam ini tentu tidak akan ada hingga saat ini jika tidak pernah memutuskan kemerdekaannya. Tiga setengah abad lebih sebelum merdeka, Indonesia terus berada dalam kepalan tangan para penjajah. Banyak proses yang dilalui oleh negara Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya. Mulai dari perlawanan yang dilakukan oleh suku-suku yang ada di Indonesia, kerajaan-kerajaan, atau kelompok lainnya.
Pada awal tahun 1900-an, telah berdiri beberapa perkumpulan atau organisasi pergerakan nasional. Beberapa di antaranya ada Boedi Oetomo, Serikat Dagang Islam yang kemudian bertransformasi menjadi Serikat Islam, Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia yang juga kemudian bertransformasi menjadi Partai Nasional Indonesia-Baru, Partai Indonesia, dan masih banyak lagi perkumpulan atau organisasi yang menjadi awal pergerakan kebangkitan nasional Indonesia. Semuanya memiliki dasar organisasi yang berbeda, namun mereka memiliki tujuan yang sama, memperjuangkan kemerdekaan negeri ini.
Salah satu organisasi pergerakan nasional yang memiliki andil yang sangat besar adalah Serikat Dagang Islam. SDI merupakan organisasi yang terdiri dari pedagang-pedagang Islam. Pendirinya merupakan salah seorang pedagang terkenal batik di kota Solo, Haji Samanhudi, pada tahun 1911. Pada awalnya, organisasi ini didirikan untuk menampung seluruh pedagang batik yang pada saat itu sedang mengalami gencaran perdagangan barang-barang dari cina. Mereka bersama-sama melakukan kerjasama diantara para pedagang batik agar dapat menembus pasar kain yang saat itu di dominasi oleh kain-kain cina yang memiliki kualitas bagus dan murah.
Kerjasama di antara anggota Serikat Dagang Islam atau SDI ternyata membuahkan hasil yang sangat bagus. Tidak hanya kerjasama perdagangan yang sangat menjunjung tinggi ekonomi kerakyatan, pada perkembangannya SDI bertransformasi menjadi sebuah organisasi kekeluargaan berbasis keagamaan, organisasi sosial yang menjunjung kesejahteraan rakyat, dan pada akhirnya menjadi sebuah organisasi politik yang sangat vokal dalam menyuarakan aspirasi rakyat.
Satu tahun setelah SDI berdiri, tepatnya pada tahun 1912, organisasi ini berubah namanya menjadi Sarekat Islam atau SI. Transformasi SI tidak lepas dengan kemunculan sosok pemimpin baru di dalam internal organisasi. Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang kemudian menjadi pemimpin dari SI, melakukan serangkaian perubahan yang membuat organisasi ini menjadi sebuah organisasi yang besar. Penghapusan kata “dagang” pada SDI menjadi SI memiliki makna bahwa organisasi ini tidak hanya menghimpun kalangan pedagang, tetapi juga golongan lain tanpa menghilangkan dasar organisasi yang bernapaskan agama.
Keberadaan Serikat Islam sebagai sebuah organisasi besar menjadi sebuah bumerang bagi pemerintah Hindia-Belanda. Di sisi lain, SI mendapatkan sebuah dukungan besar dari rakyat Indonesia sebagai icon perlawanan rakyat Indonesia, bersanding dengan perkumpulan atau organisasi lain pada waktu itu. SI dan organisasi lainnya bagaikan api yang mengobarkan semangat rakyat Indonesia untuk menatap masa depan kemerdekaan Indonesia.
Pemerintah Hindia-Belanda merasa terkecam dengan keberadaan Serikat Islam. Kemudian mereka melakukan serangkaian strategi untuk melemahkan organisasi ini. Bagaimanapun, organisasi ini sangat berbahaya bagi pemerintah Hindia-Belanda. Keberadaannya yang terus berkembang dianggap akan memberikan pengaruh kepada rakyat Indonesia, yaitu pemberontakan untuk mendapatkan kemerdekaan dan terusirnya para penjajah Belanda dari negeri ini. Politik adu domba yang dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda untuk mengatasi Serikat Islam kemudian akhirnya berhasil. Sarikat Islam mengalami permasalahan internal yang sangat berat, sehingga menjadikan organisasi ini menjadi terpecah-belah. Hal ini dikarenakan para pemerintah Hindia-Belanda telah menyusupkan beberapa orang yang menyebabkan banyaknya pemahaman yang berbeda di antara para pemimpin SI.
Puncak keberhasilan politik adu domba yang dilakukan oleh Belanda kepada Serikat Islam, menjadikan organisasi ini menjadi terpecah dalam beberapa kubu yang memiliki paham yang berbeda-beda. Beberapa yang bertahan bersama Tjokroaminoto dengan memegang paham Islam yang berorientasi kebangsaan mengatas namakan kelompoknya menjadi SI golongan putih. Sedangkan, orang-orang yang dianggap telah mengkhianati dengan membawa paham lain, yaitu paham komunis, membentuk kelompok baru yang mengatas namakan kelompoknya menjadi SI golongan merah dengan pimpinan Semaun dan Darsono.
Sampai menjelang beberapa tahun sebelum kemerdekaan Indonesia, Serikat Islam yang pada awalnya merupakan satu, telah terpecah lagi menjadi beberapa kelompok yang memiliki pemahaman yang berbeda-beda. Tidak hanya SI golongan putih dan SI golongan merah yang sudah terpecah sebelumnya, organisasi ini bertambah dan bertransformasi menjadi :
1.        Partai Komunis Indonesia dengan pahamnya komunis, merupakan gabungan dari Serikat Islam golongan merah dan Serikat Rakyat.
2.        Parta Serikat Islam Indonesia yang merupakan gabungan dari Partai Serikat Islam dan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia, di mana Partai Serikat Islam merupakan perubahan dari Serikat Islam golongan Putih. Seiring berjalannya waktu, PSII menjadi partai yang lebih kecil lagi, yaitu PSII, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan Partai Islam Indonesia pimpinan dr.Sukiman.
Serikat Dagang Islam yang dulunya merupakan sebuah organisasi dari kumpulan para pedagang, berubah menjadi sebuah organisasi politik yang mengalami lika-liku kehidupan politik sebelum kemerdekaan Indonesia. Keberadaanya patut mendapatkan apresiasi. Sebagai sebuah organisasi berskala nasional, Serikat Dagang Islam telah menjadi sebuah organisasi yang tidak hanya mementingkan kelompoknya sendiri, tetapi mengabdi kepada rakyat Indonesia. Semua itu dilakukan agar kesejahteraan dan kebebasan dari belenggu penjajahan dapat terlakasana. Selain itu, organisasi ini telah menjadi salah satu organisasi pergerakan kebangkitan nasional Indonesia. Kontribusi yang telah dilakukannya telah menggerkan hati rakyat Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan. Tentunya, organisasi ini tidak hanya berjalan sendiri, Serikat Dagang Islam berjalan bersama kelompok pergerakan nasional lainnya untuk meweujudkan cita-cita yang sama, Indonesia merdeka.

   C.    Peran Agama pada awal kemerdekaan Indonesia (tahun 1945-1960)
            Peranan tokoh-tokoh Islam mengawal perjuangan merebut kemerdekaan hingga mempertahankannya mampu mengamankan akidah Islamiyah penduduk negeri Indonesia. Padahal, selama hampir empat abad kaum penjajah yang kafir itu memaksakan kekafirannya kepada bangsa yang mayoritas muslimin dan taat terhadap religinya itu. Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia mengusir kaum imperialis (penjajah) dari tanah air tidak lepas dari peranan besar tokoh-tokoh Islam negeri ini. Kita ketahui Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Bung Tomo, serta masih banyak lagi.
Para syuhada senantiasa memacu semangat hizbullah itu untuk memerangi bangsa kuffar di wilayahnya masing-masing. Peranannya mengawal perjuangan merebut kemerdekaan hingga mempertahankannya, hingga kekokohan akidah Islam negeri ini tetap aman. Padahal, kaum penjajah tidak sekedar ingin menguasai tanah air, tetapi juga memaksakan kekafirannya kepada bangsa yang mayoritas muslimin dan taat terhadap religinya itu. Para tokoh-tokoh Islam yang mengawali terbangunnya negeri ini sarat diwarnai nuansa dan norma-norma hukum Islami, diantaranya ketika perumusan Undang- undang Dasar 1945.

   D.    Peran Agama pada masa Orde Baru
                  Pada awal pemerintahan Orde Baru, dikalangan aktivis Islam timbul optimisme untuk kembali memainkan peranan dominan dalam politik Nasional, mengingat sumbangan mereka dalam meruntuhkan rezim Orde Lama.
Pemikiran politik yang berkembang dalam dunia islam dapat dibedakan atas tiga periode, yaitu masa klasik, masa pertengahan, dan masa modern. Biasanya, dua yang pertama digabungkan karena memiliki pokok-pokok pemikiran yang serupa.
Hubungan antara Islam dan Negara dalam era Orde Baru dapat dibagi dalam tiga periode, Periode pertama; 1967-1982. Hubungan antara Islam dan Negara pada awal Orde Baru ditandai oleh pola yang bersifat antagonistik dengan dimilikinya posisi hegemonik oleh negara, sedangkan Islam berada dipinggiran. Dalam pola hubungan ini, Islam dan negara saling berlawanan, bahakan cenderung terlibat dalam konflik.
     
Hubungan Islam dengan masa Orde Baru
Hubungan antagonis antara Negara Orde Baru dengan kelompok Islam dapat dilihat dari kecurigaan yang berlebih dan pengekangan kekuatan Islam yang berlebihan yang dilakukan Presiden Soeharto. Sikap serupa merupakan kelanjutan dari sikap kalangan nasionalis sekuler terhadap kelompok Islam, khususnya di era 1950-an.
Kecenderungan akomodatif negara terhadap Islam lebih disebabkan oleh pemahaman negara terhadap perubahan sikap politik umat Islam terhadap kebijakan Negara, terutama dalam konteks pemberlakuan dan penerimaan asas tunggal Pancasila. Perubahan sikap umat Islam pada paruh kedua 1980-an, dari menentang menjadi menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bersinergi dengan sejumlah kebijakan Orde Baru yang menguntungkan umat Islam pada masa selanjutnya.
     

     E.    Peran Agama Islam pada masa Reformasi
Reformasi adalah perubahan kepada yang lebih baik. Antonim dari kata reformasi adalah deformasi. Oleh karena itu, gerakan reformasi merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh sekelompok manusia untuk memperbaiki praktek-praktek dehumanisasi dan amoral, seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam pelbagai bidang kehidupan, sebagai upaya membangun kehidupan yang lebih makmur dan sentosa.

Dalam perspektif pemikiran sosial barat, ditemukan perbedaan antara reformasi dan revolusi. Revolusi menurutnya yaitu perubahan secara total dan komprehensip, sedangkan reformasi adalah perubahan secara parsial dan periferal. Di sini bisa dianalisa, bahwa pemikiran sosial barat berusaha untuk menyempitkan konotasi reformasi. Tapi apabila dilihat dari perspektif Islam, bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan yang mencolok antara reformasi dan revolusi, baik dari aspek kedetailan perubahan yang dilakukan maupun keluasan cakupannya. Hanya saja kita dapatkan sedikit perbedaan dalam instrumen operasionalnya. Misalnya dalam skala mayoritas, revolusi identik dengan menggunakan cara kekerasan, sedangkan reformasi tidak seperti itu. Namun kendatipun demikian, kedua istilah tersebut mempunyai sasaran yang cukup mendetail, total dan komprehensip, tidak parsial seperti yang didengungkan oleh barat. Reformasi dalam Islam berjalan secara proses atau menurut B.J. Habibie reformasi adalah proses evolusi yang dipercepat. Reformasi harus dimulai dari manusia sebagai pelaku. Oleh karena itu sebelum melakukan perubahan yang total dan detail dalam sebuah masyarakat, syarat utama yang perlu dilakukan yaitu perubahan pada diri manusia.

Maka dari itu, ajaran-ajaran yang dibawa oleh para Rasul disebut dengan panggilan-panggilan reformasi (Da'awat al-Ishlah) yaitu upaya-upaya yang bertujuan untuk mewujudkan perubahan dari akar atau realitas yang lebih optimal. Nabi Syu'aib menyatakan bahwa dakwah yang disampaikan kepada penduduk Madyan hanya sebagai upaya reformasi (al-Ishlah).(2) Nabi Musa mewanti-wanti kepada nabi Harun as, sebagai khalifahnya agar mentradisikan reformasi dan menjauhi jalan orang-orang yang berbuat kerusakan.(3) Ini artinya, bahwa sejak dahulu kala tabi'at manusia cenderung untuk melakukan hal-hal yang tidak wajar, di luar batas kemanusiaannya. Sehingga tidak aneh apabila kezaliman, kepongahan, kerusakan dan keangkuhan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, Allah dengan kekuasaanNya menurunkan nabi dan rasul untuk menjadi reformer yang di antara tugasnya menebarkan benih-benih kebaikan dan menumpas kebatilan.

Dalam konteks reformasi yang menyeluruh, al-Qur'an dan Hadis senantiasa mengajarkan kepada umat untuk mensosialisasikan amar ma'ruf nahi munkar sebagai karakteristik umat alternatif. Allah berfirman, “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah”. (4) Reformasi yang disebut oleh teks-teks agama harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat -tanpa terkecuali kalangan elite, menengah maupun arus bawah- serta seluruh aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial-budaya. Rasulullah bersabda, “Kalau seandainya Fatimah mencuri, niscaya akan saya potong tangannya”. Reformasi sejak zaman nabi tidak pandang bulu, baik itu sanak keluarga maupun orang lain harus disamaratakan, berlandaskan keadilan dan kemaslahatan umum. Karena menegakkan kebenaran dan menumpas kebatilan atau kemungkaran tidak mengenal keturunan dan golongan tertentu (nepotisme). Dari diskripsi di atas jelas bahwa Islam sebagai agama universal telah menggarisbawahi ajaran reformasi sebagai salah satu tiang atau prasyarat dalam membangun sebuah masyarakat ideal. Tanpa reformasi, negara yang utama niscaya tidak akan dapat diwujudkan (al-Madinah al-Fadlilah).

BAB III
KESIMPULAN
   A.    Kesimpulan
Dari hasil kajian diatas maka dapat kami ambil kesimpulan sebagai berikut :
Agama itu sangat penting disegala aspek kehidupan umat manusia selain itu agama juga agama berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yg kita yakini hidup akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak menyikapi sesuatu. Contohnya saja di zaman Nabi Muhammad agama berperan penting dalam segala bidang termasuk pemerintahannya.

   B.     Saran
Berkenaan dengan pentingnya penguasaan memahami kontribusi agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam pembelajaran.  Maka perlu ditanamkan ilmu-ilmu Agama Islam kepada semua masyarakat Indonesia sehingga tercipta negara yang diridhoi Allah SWT.


DAFTAR ACUAN






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentar Disini :