KONTRIBUSI
ISLAM DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama
Islam merupakan suatu kebutuhan disegala aspek kehidupan bagi manusia. Agama
Islam berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yang kita yakini
hidup akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak menyikapi
sesuatu.
Contohnya saja di zaman Nabi Muhammad Agama Islam berperan penting dalam segala bidang termasuk pemerintahannya. Pada era ini banyak orang yang kaya ilmu pengetahuan tapi miskin agama. Padahal Agama, terutama Agama Islam dibutuhkan oleh setiap umat manusia karena antara ilmu pengetahuan dan ilmu Agama harus seimbang.
Contohnya saja di zaman Nabi Muhammad Agama Islam berperan penting dalam segala bidang termasuk pemerintahannya. Pada era ini banyak orang yang kaya ilmu pengetahuan tapi miskin agama. Padahal Agama, terutama Agama Islam dibutuhkan oleh setiap umat manusia karena antara ilmu pengetahuan dan ilmu Agama harus seimbang.
Begitu
pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama Islam harus menjadi sumber
hukum supaya tercipta kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman dan tenteram.
Bila kita kembali membuka buku sejarah perjuangan bangsa indonesia maka akan
kita temui bahwa agama merupakan faktor yang tak bisa terlepas dari kehidupan
manusia, terutama dalam kehiduan berbangsa dan bernegara.
Makalah
ini lebih dalam akan mengupas tentang bagaimana peran Agama Islam dalam
kehiduan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dimulai dari pada zaman
Pergerakan Nasional, masa awal kemerdekaan Indonesia (1945-1960), masa orde baru,
dan masa reformasi.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
kontribusi Islam dalam kehidupan berbangsa
2. Bagaimana
peran Agama Islam pada masa Pergerakan Nasional
3. Bagaimana
peran Agama Islam pada thun 1945-1960an
4. Bagaimana
peran Agama Islam pada masa Orde Baru
5. Bagaimana
peran Agama Islam pada masa Reformasi
C.
Tujuan
1. Menjelaskan kontribusi Islam dalam kehidupan berbangsa
2. Menjelaskan peran Agama Islam pada masa Pergerakan
Nasional
3. Menjelaskan peran Agama Islam pada thun 1945-1960an
4. Menjelaskan peran Agama Islam pada masa Orde Baru
5. Menjelaskan peran Agama Islam pada masa Reformasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kontribusi Agama Dalam Kehidupan Berbangsa
Agama itu
sangat penting di segala aspek kehidupan umat manusia selain itu agama juga
berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yg kita yakini hidup
akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak menyikapi
sesuatu. Contohnya saja diZaman Nabi Muhammad agama berperan penting dalam
segala bidang termasuk pemerintahannya. Dizaman sekarang ini banyak orang
pinter tapi agamanya kurang selain itu pinternya pada kebelinger, pintar bicara
saja. tapi tidak ada buktinya. Makanya agama itu dibutuhkan oleh setiap umat
manusia.
Islam adalah
solusi. Solusi segala permasalahan di dunia ini dengan kesempurnaan ajarannya.
Kesempurnaan ajaran Islam dapat ditelaah dari sumber aslinya, yaitu Alquran dan
Sunnah yang mengatur pola kehidupan manusia, mulai dari hal terkecil hingga
terbesar baik ekonomi, sosial, politik, hukum, ketatanegaraan, budaya, seni,
akhlak/etika, keluarga, dan lain-lain. Bahkan, bagaimana cara membersihkan
najis pun diatur oleh Islam.
Ajaran
Islam merupakan rahmatan lil
'alamin (rahmat bagi semesta alam), artinya Islam selalu membawa
kedamaian, keamanan, kesejukan, dan keadilan bagi seluruh makhluk hidup yang
berada diatas dunia. Islam tidak memandang bentuk atau rupa seseorang dan
membedakan derajat atau martabat manusia dalam level apapapun. Islam
menghormati dan memberikan kebebasan kepada seseorang untuk menganut suatu
keyakinan atau agama tanpa memaksakan ajaran Islam tersebut dijalankan.
Allah berfirman: "Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya." (QS. An-Nisa: 59)
Allah menjelaskan bahwa ciri-ciri utama Ulil Amri
Minkum yang sebenarnya ialah komitmen untuk selalu mengembalikan segenap urusan
yang diperselisihkan kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya). Para
pemimpin sejati di antara orang-orang beriman tidak mungkin akan rela
menyelesaikan berbagai urusan kepada selain Al-Qur’an dan Sunnah Ar-Rasul.
Sebab mereka sangat faham dan meyakini firman Allah:
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(QS. Al-Hujuraat: 1)
Sehingga kita jumpai dalam catatan sejarah bagaimana
seorang Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu di masa paceklik
mengeluarkan sebuah kebijakan ijtihadi berupa larangan bagi kaum wanita beriman
untuk meminta mahar yang memberatkan kaum pria beriman yang mau menikah.
Tiba-tiba seorang wanita beriman mengangkat suaranya mengkritik kebijakan
Khalifah seraya mengutip firman Allah yang mengizinkan kaum mu’minat untuk
menentukan mahar sesuka hati mereka. Maka Amirul Mu’minin langsung
ber-istighfar dan berkata: "Wanita itu benar dan Umar salah. Maka dengan
ini kebijakan tersebut saya cabut kembali...!"
Subhanallah, demikianlah komitmen para pendahulu kita
dalam hal mentaati Allah dan Rasul-Nya dalam segenap perkara yang
diperselisihkan.
B.
Peran Agama pada masa Pergerakan Nasional
Indonesia
sebagai negara kepulauan yang saat ini (2013) telah menempuh usia 68 tahun.
Negara yang kaya sumber daya alam ini tentu tidak akan ada hingga saat ini jika
tidak pernah memutuskan kemerdekaannya. Tiga setengah abad lebih sebelum
merdeka, Indonesia terus berada dalam kepalan tangan para penjajah. Banyak
proses yang dilalui oleh negara Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya. Mulai
dari perlawanan yang dilakukan oleh suku-suku yang ada di Indonesia,
kerajaan-kerajaan, atau kelompok lainnya.
Pada awal
tahun 1900-an, telah berdiri beberapa perkumpulan atau organisasi pergerakan
nasional. Beberapa di antaranya ada Boedi Oetomo, Serikat Dagang Islam yang
kemudian bertransformasi menjadi Serikat Islam, Indische Partij, Perhimpunan
Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia yang juga
kemudian bertransformasi menjadi Partai Nasional Indonesia-Baru, Partai
Indonesia, dan masih banyak lagi perkumpulan atau organisasi yang menjadi awal
pergerakan kebangkitan nasional Indonesia. Semuanya memiliki dasar organisasi
yang berbeda, namun mereka memiliki tujuan yang sama, memperjuangkan
kemerdekaan negeri ini.
Salah satu
organisasi pergerakan nasional yang memiliki andil yang sangat besar adalah
Serikat Dagang Islam. SDI merupakan organisasi yang terdiri dari
pedagang-pedagang Islam. Pendirinya merupakan salah seorang pedagang terkenal
batik di kota Solo, Haji Samanhudi, pada tahun 1911. Pada awalnya, organisasi
ini didirikan untuk menampung seluruh pedagang batik yang pada saat itu sedang
mengalami gencaran perdagangan barang-barang dari cina. Mereka bersama-sama melakukan
kerjasama diantara para pedagang batik agar dapat menembus pasar kain yang saat
itu di dominasi oleh kain-kain cina yang memiliki kualitas bagus dan murah.
Kerjasama di
antara anggota Serikat Dagang Islam atau SDI ternyata membuahkan hasil yang
sangat bagus. Tidak hanya kerjasama perdagangan yang sangat menjunjung tinggi
ekonomi kerakyatan, pada perkembangannya SDI bertransformasi menjadi sebuah
organisasi kekeluargaan berbasis keagamaan, organisasi sosial yang menjunjung
kesejahteraan rakyat, dan pada akhirnya menjadi sebuah organisasi politik yang
sangat vokal dalam menyuarakan aspirasi rakyat.
Satu tahun
setelah SDI berdiri, tepatnya pada tahun 1912, organisasi ini berubah namanya
menjadi Sarekat Islam atau SI. Transformasi SI tidak lepas dengan kemunculan
sosok pemimpin baru di dalam internal organisasi. Haji Oemar Said Tjokroaminoto
yang kemudian menjadi pemimpin dari SI, melakukan serangkaian perubahan yang
membuat organisasi ini menjadi sebuah organisasi yang besar. Penghapusan kata
“dagang” pada SDI menjadi SI memiliki makna bahwa organisasi ini tidak hanya
menghimpun kalangan pedagang, tetapi juga golongan lain tanpa menghilangkan
dasar organisasi yang bernapaskan agama.
Keberadaan
Serikat Islam sebagai sebuah organisasi besar menjadi sebuah bumerang bagi
pemerintah Hindia-Belanda. Di sisi lain, SI mendapatkan sebuah dukungan besar
dari rakyat Indonesia sebagai icon perlawanan rakyat Indonesia, bersanding
dengan perkumpulan atau organisasi lain pada waktu itu. SI dan organisasi
lainnya bagaikan api yang mengobarkan semangat rakyat Indonesia untuk menatap
masa depan kemerdekaan Indonesia.
Pemerintah
Hindia-Belanda merasa terkecam dengan keberadaan Serikat Islam. Kemudian mereka
melakukan serangkaian strategi untuk melemahkan organisasi ini. Bagaimanapun,
organisasi ini sangat berbahaya bagi pemerintah Hindia-Belanda. Keberadaannya
yang terus berkembang dianggap akan memberikan pengaruh kepada rakyat
Indonesia, yaitu pemberontakan untuk mendapatkan kemerdekaan dan terusirnya
para penjajah Belanda dari negeri ini. Politik adu domba yang dilakukan oleh
pemerintah Hindia-Belanda untuk mengatasi Serikat Islam kemudian akhirnya
berhasil. Sarikat Islam mengalami permasalahan internal yang sangat berat,
sehingga menjadikan organisasi ini menjadi terpecah-belah. Hal ini dikarenakan
para pemerintah Hindia-Belanda telah menyusupkan beberapa orang yang
menyebabkan banyaknya pemahaman yang berbeda di antara para pemimpin SI.
Puncak
keberhasilan politik adu domba yang dilakukan oleh Belanda kepada Serikat
Islam, menjadikan organisasi ini menjadi terpecah dalam beberapa kubu yang
memiliki paham yang berbeda-beda. Beberapa yang bertahan bersama Tjokroaminoto
dengan memegang paham Islam yang berorientasi kebangsaan mengatas namakan
kelompoknya menjadi SI golongan putih. Sedangkan, orang-orang yang dianggap
telah mengkhianati dengan membawa paham lain, yaitu paham komunis, membentuk
kelompok baru yang mengatas namakan kelompoknya menjadi SI golongan merah
dengan pimpinan Semaun dan Darsono.
Sampai
menjelang beberapa tahun sebelum kemerdekaan Indonesia, Serikat Islam yang pada
awalnya merupakan satu, telah terpecah lagi menjadi beberapa kelompok yang
memiliki pemahaman yang berbeda-beda. Tidak hanya SI golongan putih dan SI
golongan merah yang sudah terpecah sebelumnya, organisasi ini bertambah dan
bertransformasi menjadi :
1.
Partai Komunis Indonesia dengan
pahamnya komunis, merupakan gabungan dari Serikat Islam golongan merah dan
Serikat Rakyat.
2.
Parta Serikat Islam Indonesia yang
merupakan gabungan dari Partai Serikat Islam dan Perhimpunan-Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia, di mana Partai Serikat Islam merupakan perubahan
dari Serikat Islam golongan Putih. Seiring berjalannya waktu, PSII menjadi
partai yang lebih kecil lagi, yaitu PSII, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan
Partai Islam Indonesia pimpinan dr.Sukiman.
Serikat
Dagang Islam yang dulunya merupakan sebuah organisasi dari kumpulan para
pedagang, berubah menjadi sebuah organisasi politik yang mengalami lika-liku
kehidupan politik sebelum kemerdekaan Indonesia. Keberadaanya patut mendapatkan
apresiasi. Sebagai sebuah organisasi berskala nasional, Serikat Dagang Islam
telah menjadi sebuah organisasi yang tidak hanya mementingkan kelompoknya
sendiri, tetapi mengabdi kepada rakyat Indonesia. Semua itu dilakukan agar
kesejahteraan dan kebebasan dari belenggu penjajahan dapat terlakasana. Selain
itu, organisasi ini telah menjadi salah satu organisasi pergerakan kebangkitan
nasional Indonesia. Kontribusi yang telah dilakukannya telah menggerkan hati
rakyat Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan. Tentunya, organisasi ini
tidak hanya berjalan sendiri, Serikat Dagang Islam berjalan bersama kelompok
pergerakan nasional lainnya untuk meweujudkan cita-cita yang sama, Indonesia
merdeka.
C.
Peran Agama pada awal kemerdekaan Indonesia (tahun 1945-1960)
Peranan
tokoh-tokoh Islam mengawal perjuangan merebut kemerdekaan hingga
mempertahankannya mampu mengamankan akidah Islamiyah penduduk negeri Indonesia.
Padahal, selama hampir empat abad kaum penjajah yang kafir itu memaksakan
kekafirannya kepada bangsa yang mayoritas muslimin dan taat terhadap religinya
itu. Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia mengusir kaum imperialis
(penjajah) dari tanah air tidak lepas dari peranan besar tokoh-tokoh Islam
negeri ini. Kita ketahui Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar,
Bung Tomo, serta masih banyak lagi.
Para
syuhada senantiasa memacu semangat hizbullah itu untuk memerangi bangsa kuffar
di wilayahnya masing-masing. Peranannya mengawal perjuangan merebut kemerdekaan
hingga mempertahankannya, hingga kekokohan akidah Islam negeri ini tetap aman.
Padahal, kaum penjajah tidak sekedar ingin menguasai tanah air, tetapi juga
memaksakan kekafirannya kepada bangsa yang mayoritas muslimin dan taat terhadap
religinya itu. Para tokoh-tokoh Islam yang mengawali terbangunnya negeri ini
sarat diwarnai nuansa dan norma-norma hukum Islami, diantaranya ketika
perumusan Undang- undang Dasar 1945.
D.
Peran Agama pada masa Orde Baru
Pada awal
pemerintahan Orde Baru, dikalangan aktivis Islam timbul optimisme untuk kembali
memainkan peranan dominan dalam politik Nasional, mengingat sumbangan mereka
dalam meruntuhkan rezim Orde Lama.
Pemikiran
politik yang berkembang dalam dunia islam dapat dibedakan atas tiga periode,
yaitu masa klasik, masa pertengahan, dan masa modern. Biasanya, dua yang
pertama digabungkan karena memiliki pokok-pokok pemikiran yang serupa.
Hubungan
antara Islam dan Negara dalam era Orde Baru dapat dibagi dalam tiga periode,
Periode pertama; 1967-1982. Hubungan antara Islam dan Negara pada awal Orde
Baru ditandai oleh pola yang bersifat antagonistik dengan dimilikinya posisi
hegemonik oleh negara, sedangkan Islam berada dipinggiran. Dalam pola hubungan
ini, Islam dan negara saling berlawanan, bahakan cenderung terlibat dalam
konflik.
Hubungan Islam dengan masa Orde Baru
Hubungan
antagonis antara Negara Orde Baru dengan kelompok Islam dapat dilihat dari
kecurigaan yang berlebih dan pengekangan kekuatan Islam yang berlebihan yang
dilakukan Presiden Soeharto. Sikap serupa merupakan kelanjutan dari sikap
kalangan nasionalis sekuler terhadap kelompok Islam, khususnya di era 1950-an.
Kecenderungan
akomodatif negara terhadap Islam lebih disebabkan oleh pemahaman negara
terhadap perubahan sikap politik umat Islam terhadap kebijakan Negara, terutama
dalam konteks pemberlakuan dan penerimaan asas tunggal Pancasila. Perubahan
sikap umat Islam pada paruh kedua 1980-an, dari menentang menjadi menerima
Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
bersinergi dengan sejumlah kebijakan Orde Baru yang menguntungkan umat Islam
pada masa selanjutnya.
E.
Peran Agama Islam pada masa Reformasi
Reformasi
adalah perubahan kepada yang lebih baik. Antonim dari kata reformasi adalah
deformasi. Oleh karena itu, gerakan reformasi merupakan usaha-usaha yang
dilakukan oleh sekelompok manusia untuk memperbaiki praktek-praktek
dehumanisasi dan amoral, seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam
pelbagai bidang kehidupan, sebagai upaya membangun kehidupan yang lebih makmur
dan sentosa.
Dalam
perspektif pemikiran sosial barat, ditemukan perbedaan antara reformasi dan
revolusi. Revolusi menurutnya yaitu perubahan secara total dan komprehensip,
sedangkan reformasi adalah perubahan secara parsial dan periferal. Di sini bisa
dianalisa, bahwa pemikiran sosial barat berusaha untuk menyempitkan konotasi
reformasi. Tapi apabila dilihat dari perspektif Islam, bahwa sebenarnya tidak
ada perbedaan yang mencolok antara reformasi dan revolusi, baik dari aspek
kedetailan perubahan yang dilakukan maupun keluasan cakupannya. Hanya saja kita
dapatkan sedikit perbedaan dalam instrumen operasionalnya. Misalnya dalam skala
mayoritas, revolusi identik dengan menggunakan cara kekerasan, sedangkan
reformasi tidak seperti itu. Namun kendatipun demikian, kedua istilah tersebut
mempunyai sasaran yang cukup mendetail, total dan komprehensip, tidak parsial
seperti yang didengungkan oleh barat. Reformasi dalam Islam berjalan secara
proses atau menurut B.J. Habibie reformasi adalah proses evolusi yang
dipercepat. Reformasi harus dimulai dari manusia sebagai pelaku. Oleh karena
itu sebelum melakukan perubahan yang total dan detail dalam sebuah masyarakat,
syarat utama yang perlu dilakukan yaitu perubahan pada diri manusia.
Maka dari
itu, ajaran-ajaran yang dibawa oleh para Rasul disebut dengan
panggilan-panggilan reformasi (Da'awat al-Ishlah) yaitu upaya-upaya yang
bertujuan untuk mewujudkan perubahan dari akar atau realitas yang lebih
optimal. Nabi Syu'aib menyatakan bahwa dakwah yang disampaikan kepada penduduk
Madyan hanya sebagai upaya reformasi (al-Ishlah).(2) Nabi Musa mewanti-wanti
kepada nabi Harun as, sebagai khalifahnya agar mentradisikan reformasi dan
menjauhi jalan orang-orang yang berbuat kerusakan.(3) Ini artinya, bahwa sejak
dahulu kala tabi'at manusia cenderung untuk melakukan hal-hal yang tidak wajar,
di luar batas kemanusiaannya. Sehingga tidak aneh apabila kezaliman,
kepongahan, kerusakan dan keangkuhan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, Allah dengan kekuasaanNya menurunkan
nabi dan rasul untuk menjadi reformer yang di antara tugasnya menebarkan
benih-benih kebaikan dan menumpas kebatilan.
Dalam
konteks reformasi yang menyeluruh, al-Qur'an dan Hadis senantiasa mengajarkan
kepada umat untuk mensosialisasikan amar ma'ruf nahi munkar sebagai
karakteristik umat alternatif. Allah berfirman, “Kalian adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar dan beriman kepada Allah”. (4) Reformasi yang disebut oleh
teks-teks agama harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat -tanpa terkecuali
kalangan elite, menengah maupun arus bawah- serta seluruh aspek kehidupan, baik
ekonomi, politik, sosial-budaya. Rasulullah bersabda, “Kalau seandainya Fatimah
mencuri, niscaya akan saya potong tangannya”. Reformasi sejak zaman nabi tidak
pandang bulu, baik itu sanak keluarga maupun orang lain harus disamaratakan,
berlandaskan keadilan dan kemaslahatan umum. Karena menegakkan kebenaran dan
menumpas kebatilan atau kemungkaran tidak mengenal keturunan dan golongan
tertentu (nepotisme). Dari diskripsi di atas jelas bahwa Islam sebagai agama
universal telah menggarisbawahi ajaran reformasi sebagai salah satu tiang atau
prasyarat dalam membangun sebuah masyarakat ideal. Tanpa reformasi, negara yang
utama niscaya tidak akan dapat diwujudkan (al-Madinah al-Fadlilah).
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari
hasil kajian diatas maka dapat kami ambil kesimpulan sebagai berikut :
Agama itu sangat penting disegala aspek kehidupan umat
manusia selain itu agama juga agama berperan untuk menenangkan jiwa dan raga.
Dengan agama yg kita yakini hidup akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita
akan lebih bijak menyikapi sesuatu. Contohnya saja di zaman Nabi Muhammad agama
berperan penting dalam segala bidang termasuk pemerintahannya.
B.
Saran
Berkenaan
dengan pentingnya penguasaan memahami kontribusi agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam pembelajaran. Maka perlu
ditanamkan ilmu-ilmu Agama Islam kepada semua masyarakat Indonesia sehingga
tercipta negara yang diridhoi Allah SWT.
DAFTAR ACUAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentar Disini :